Tempo Papua

Loading

Archives 14/05/2025

Anggota TNI Sita Senjata Api Diduga Milik KKB Papua

Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Republik Indonesia berhasil melakukan operasi dan sita senjata api yang diduga kuat milik kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayah perbatasan Papua. Penyitaan senjata api ini terjadi pada hari Selasa, 13 Mei 2025, dalam sebuah patroli rutin yang dilakukan oleh anggota TNI di kawasan hutan yang disinyalir menjadi tempat persembunyian anggota KKB. Keberhasilan ini merupakan bagian dari upaya TNI dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara di wilayah rawan konflik tersebut.

Menurut keterangan dari Kolonel Infanteri Budi Santoso, Komandan Satgas Pamtas wilayah Papua, operasi sita senjata api ini berawal dari informasi intelijen yang menyebutkan adanya aktivitas mencurigakan di sebuah gubuk di tengah hutan. “Setelah melakukan pengintaian, anggota kami bergerak cepat dan berhasil mengamankan satu pucuk senjata api laras panjang beserta sejumlah amunisi yang diduga kuat milik anggota KKB,” jelas Kolonel Infanteri Budi Santoso melalui keterangan tertulis yang diterima pada Rabu (14/5/2025).

Dalam operasi sita senjata api tersebut, tidak terjadi kontak senjata dengan pihak KKB. Namun, penemuan senjata api ini menjadi bukti nyata keberadaan dan aktivitas kelompok bersenjata tersebut di wilayah perbatasan. Senjata api dan amunisi yang disita selanjutnya akan diamankan dan diserahkan kepada pihak berwenang untuk proses penyelidikan lebih lanjut, termasuk untuk mengidentifikasi pemilik dan asal-usul senjata api tersebut.

Kolonel Infanteri Budi Santoso menegaskan bahwa TNI akan terus meningkatkan intensitas patroli dan operasi di wilayah perbatasan Papua untuk mencegah aktivitas KKB dan memberikan rasa aman kepada masyarakat. “Kami tidak akan memberikan ruang gerak bagi kelompok-kelompok yang ingin mengganggu keamanan dan kedaulatan negara. Keberhasilan sita senjata api ini menjadi salah satu bukti komitmen kami,” tegasnya. Beliau juga mengimbau kepada masyarakat untuk terus memberikan dukungan dan informasi kepada TNI terkait keberadaan KKB.

Keberhasilan Satgas Pamtas dalam sita senjata api yang diduga milik KKB ini mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Langkah ini dianggap penting dalam upaya menciptakan stabilitas keamanan di Papua. TNI akan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan instansi terkait lainnya dalam upaya penegakan hukum dan pemberantasan KKB di wilayah Papua.

Papua Berduka: Anak 10 Tahun Alami Luka Bakar Serius Akibat Ulah Teman

Sebuah insiden Alami Luka Bakar tragis dan memprihatinkan terjadi di Papua, di mana seorang anak laki-laki berusia 10 tahun mengalami luka bakar yang serius di bagian wajah dan tubuhnya. Luka bakar tersebut disebabkan oleh tindakan seorang temannya yang dengan tega melemparkan botol berisi spiritus ke arah korban. Peristiwa ini sontak menimbulkan duka dan keprihatinan mendalam di tengah masyarakat Papua.

Alami Luka Bakar kekerasan terhadap anak ini menjadi sorotan utama dan kini tengah ditangani oleh pihak berwajib setempat. Aparat kepolisian bergerak cepat setelah menerima laporan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kronologi kejadian dan motif di balik tindakan pelaku. Identitas korban dan pelaku belum diungkapkan secara detail demi melindungi privasi anak-anak yang terlibat.

Luka bakar yang dialami korban tergolong parah dan memerlukan penanganan medis intensif. Korban saat ini sedang menjalani perawatan di rumah sakit dan diharapkan dapat segera pulih. Namun, trauma psikologis akibat kejadian ini diperkirakan akan membekas cukup lama dan memerlukan pendampingan khusus dari psikolog anak.

Peristiwa tragis di Papua ini menambah daftar panjang kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia. Fakta bahwa pelaku juga merupakan seorang anak menunjukkan adanya permasalahan yang kompleks terkait pengawasan anak, pendidikan karakter, dan pengaruh lingkungan. Orang tua, pihak sekolah, dan masyarakat memiliki peran penting dalam mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan.

Pemerintah daerah dan berbagai organisasi perlindungan anak di Papua diharapkan dapat memberikan dukungan penuh kepada korban dan keluarganya, termasuk bantuan medis, pendampingan psikologis, dan bantuan hukum jika diperlukan. Selain itu, perlu adanya upaya sosialisasi yang lebih gencar mengenai bahaya kekerasan terhadap anak dan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi tumbuh kembang anak.

Kasus ini menjadi pengingat yang menyakitkan tentang betapa rentannya anak-anak terhadap tindakan kekerasan, bahkan dari teman sebaya mereka. Pengawasan yang lebih ketat dari orang tua dan lingkungan sekitar, serta pendidikan tentang bahaya bermain dengan benda-benda berbahaya seperti spiritus, perlu ditingkatkan. Pihak kepolisian diharapkan dapat mengusut tuntas kasus kekerasan ini dan memberikan sanksi yang sesuai dengan hukum yang berlaku kepada pelaku, dengan mempertimbangkan usia dan aspek psikologisnya.