Tempo Papua

Loading

Archives 04/05/2025

Istana Negara Digeruduk Rombongan Suku Awyu Papua dengan Tombak dan Busur

Sebuah aksi demonstrasi mengejutkan terjadi di depan Istana Negara digeruduk oleh puluhan masyarakat yang mengidentifikasi diri sebagai Suku Awyu dari Papua. Massa aksi yang membawa tombak, busur, dan panah ini tiba di depan gerbang Istana Negara digeruduk pada Senin (5 Mei 2025) pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Kedatangan rombongan Suku Awyu ini sontak menarik perhatian aparat keamanan dan masyarakat yang melintas di sekitar kompleks Istana Negara digeruduk.

Menurut informasi yang dihimpun di lokasi kejadian, kedatangan Suku Awyu ini merupakan bentuk protes atas kebijakan pemerintah terkait isu lingkungan dan hak ulayat di wilayah mereka. Mereka membawa sejumlah spanduk dan poster yang berisi tuntutan agar pemerintah pusat memperhatikan dan menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi di Papua. Aksi Istana Negara digeruduk ini berlangsung dengan tertib, meskipun kehadiran senjata tradisional sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan aparat keamanan.

Perwakilan dari Suku Awyu kemudian melakukan negosiasi dengan pihak Istana Kepresidenan yang diwakili oleh staf khusus dan perwakilan dari Kementerian Sekretariat Negara. Dalam pertemuan tersebut, perwakilan Suku Awyu menyampaikan aspirasi dan tuntutan mereka secara langsung. Mereka berharap agar pemerintah dapat segera mengambil langkah konkret untuk menanggapi keluhan mereka terkait isu lingkungan dan hak-hak tradisional masyarakat adat.

Aparat kepolisian dari Polda Metro Jaya dan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) melakukan pengamanan ketat di sekitar area Istana Negara digeruduk untuk memastikan aksi demonstrasi berjalan dengan aman dan tidak mengganggu ketertiban umum. Meskipun membawa senjata tradisional, massa aksi Suku Awyu bersikap kooperatif dan mengikuti arahan dari petugas keamanan. Setelah melakukan orasi dan menyampaikan tuntutan, perwakilan Suku Awyu bersedia melakukan audiensi lebih lanjut dengan pihak terkait di dalam kompleks Istana Negara. Aksi damai mengajukan demokrasi di istana negara ini menjadi sorotan dan menunjukkan betapa pentingnya dialog antara pemerintah dan masyarakat adat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Pemerintah diharapkan dapat menindaklanjuti aspirasi Suku Awyu secara serius demi terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Papua.

Jangan Jijik Dulu! Inilah Keajaiban Si “Tembelek Ayam” untuk Kesehatan

Mungkin nama “Tembelek Ayam” terdengar kurang menarik, bahkan cenderung membuat jijik. Namun, di balik nama lokal untuk tanaman Elephantopus scaber ini, tersembunyi berbagai keajaiban kesehatan yang telah lama dikenal dan dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Jangan biarkan namanya mengecoh Anda, karena tanaman liar ini menyimpan potensi farmakologis yang luar biasa.

Salah satu keajaiban utama “Elephantopus scaber” terletak pada potensinya sebagai anti-inflamasi dan analgesik alami. Kandungan senyawa aktif seperti elephantopin di dalamnya dipercaya efektif dalam meredakan peradangan pada berbagai kondisi, termasuk nyeri sendi, keseleo, dan memar. Pemanfaatan rebusan atau tapal dari tanaman ini secara tradisional telah memberikan manfaat bagi banyak orang.

Selain meredakan peradangan dan nyeri, “Elephantopus scaber” juga menunjukkan potensi dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Beberapa penelitian awal mengindikasikan adanya senyawa dalam tanaman ini yang dapat mem стимулировать aktivitas sel-sel imun, membantu tubuh melawan berbagai infeksi dan penyakit secara lebih efektif.

Keajaiban lain dari “Elephantopus scaber” adalah sifat antioksidannya yang kuat. Senyawa-senyawa alami di dalamnya berperan penting dalam menangkal radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh dan berkontribusi pada penuaan dini serta perkembangan penyakit kronis. Konsumsi air rebusan atau ekstrak “Tembelek Ayam” berpotensi melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif.

Secara tradisional, “Tembelek Ayam” juga dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pernapasan seperti batuk dan asma, serta memiliki efek diuretik yang dapat membantu melancarkan buang air kecil. Lebih lanjut, beberapa penelitian awal juga meneliti potensi tanaman ini sebagai antikanker.

Meskipun demikian, penelitian ilmiah yang lebih komprehensif masih diperlukan untuk sepenuhnya memahami mekanisme kerja dan efektivitas “Tembelek Ayam” dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan. Namun, dengan sejarah penggunaannya yang panjang dan potensi farmakologis yang menjanjikan, jangan jijik dulu dengan namanya, karena “Tembelek Ayam” menyimpan keajaiban kesehatan yang patut untuk terus dieksplorasi.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa aktif spesifik dan mekanisme kerjanya secara lebih mendalam. Potensi “Tembelek Ayam” dalam dunia farmasi sangat menjanjikan.

Semoga artikel ini dapat memberikan informasi dan manfaat untuk para pembaca, terimakasih !

Pantun Bukan Sembarang Pantun di Yanglim Plaza Papua, Ternyata Modus Judi Terselubung

Fenomena unik sekaligus meresahkan terungkap di kawasan Yanglim Plaza, Papua, di mana kegiatan berpantun yang awalnya tampak sebagai hiburan atau interaksi budaya, diduga kuat menjadi modus terselubung praktik judi ilegal. Aktivitas yang melibatkan pantun ini menarik perhatian banyak orang, namun di balik lirik-lirik jenaka dan persaingan berbalas pantun, tersimpan transaksi taruhan yang melanggar hukum. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak sosial dan hukum yang ditimbulkan oleh praktik judi yang memanfaatkan pantun sebagai kedok.

Awalnya, kegiatan berbalas pantun di sekitar Yanglim Plaza tampak seperti ajang kreativitas verbal dan hiburan semata. Masyarakat berkumpul, saling melempar pantun dengan berbagai tema, menciptakan suasana ramai dan interaktif. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul indikasi kuat bahwa di balik keseruan tersebut terdapat praktik judi. Taruhan dalam bentuk uang atau barang berharga disinyalir menjadi bagian dari permainan pantun ini, di mana pemenang dalam berbalas pantun akan mendapatkan imbalan dari pihak yang kalah.

Modus judi yang memanfaatkan pantun ini terbilang unik dan berpotensi mengecoh aparat penegak hukum serta masyarakat awam. Kegiatan berpantun yang terlihat sebagai tradisi lisan atau sekadar hiburan dapat dengan mudah menyembunyikan transaksi judi di dalamnya. Para pelaku judi diduga menggunakan kode-kode terselubung dalam pantun atau isyarat tertentu untuk menentukan taruhan dan pemenang, sehingga aktivitas ilegal ini tidak terlihat secara gamblang.

Dampak negatif dari praktik judi yang berkedok pantun ini bisa sangat merugikan. Selain melanggar hukum, judi dapat menyebabkan kecanduan, masalah ekonomi bagi para pemain, serta potensi tindak kriminalitas yang menyertainya. Lingkungan sosial di sekitar Yanglim Plaza juga dapat terpengaruh dengan munculnya praktik ilegal ini, menciptakan suasana yang tidak kondusif dan meresahkan masyarakat.

Pihak berwenang di Papua, khususnya yang beroperasi di sekitar Yanglim Plaza, perlu segera melakukan investigasi mendalam terkait dugaan praktik judi yang memanfaatkan pantun ini. Pengumpulan informasi dari masyarakat, pengawasan aktivitas di lokasi, serta penelusuran indikasi transaksi taruhan perlu dilakukan untuk mengungkap kebenaran dan menindak tegas para pelaku judi ilegal.